Mengungkap identitas Pembunuh Memories of a Murderer (Spoiler)

Image result for memories of a murderer

Salah satu film dari Bong Joon-ho yang sempat mondar mandir di sosmed membuat gue penasaran ditambah desakan dari istri yang tau juga. Set ini berlangsung di tahun 1986, Berawal dari scene mayat yang tergeletak di dalam gorong-gorong dengan keadaan tengkurep, tangan terikat di belakang, mulut tertutup batu yang dibalut oleh kain terikat kebelakang dan kepala yang tertutup oleh celana dalam. Sungguh awal yang seru. Walaupun ceritanya dibuat cukup lambat dengan tingkah laku si detektif Park-Joo-Man (detektif Park) & asistennya yang bertindak sembarangan. Mereka menyeret orang-orang yang gak ada hubungannya dengan pembunuhan itu kemudian orang tersebut diminta bercerita reka ulang kejadian sesuai dengan keadaan si mayat agar semua orang mengira dia pembunuhnya dengan tujuan mengakhiri kasus ini dengan asumsi detektif tersebut berhasil menangkap si pelaku.

Di desa kecil ini hal demikian sudah biasa dilakukan oleh detektif tersebut, maklum namanya juga desa kecil, secara sumber daya manusia, sepak terjang kepolisian atau detektif cukup terbatas. Sampai suatu saat muncul detektif dari Seoul yang bernama Seo-Tae-Yoon (detektif Seo) yang merupakan detektif profesional. Dia datang ke kota kecil tersebut terpicu oleh tindakan kriminal yang tidak biasa. Beberapa kali detektif Seo menentang tindakan dari detektif Park yang sembarangan melibatkan orang yang tidak tau apa-apa dan bagi dia itu hanya buang-buang waktu. Suatu saat Detektif Seo mendapatkan pencerahan ketika dia mendengar cerita mitos tentang pembunuhan di toilet suatu sekolahan yang menuntunnya menemui wanita kusut bertempat tinggal di tengan pesawahan terpencil. Ternyata perempuan tersebut adalah korban yang tidak meninggal. Sayangnya dia tidak tau bagaimana wajah si pembunuh, namun dia pastikan bahwa tangan yang menyekapnya itu teksturnya halus dan lokasi pembunuhan ada di dekat pabrik.

Pembunuhan tersebut selalu terjadi ketika hujan dan lagu “sad letter” diputarkan oleh radio di kota tersebut. Kemudia detektif Seo mencari informasi kartu pos yang nge-request lagu tersebut (jaman dulu lagu di-request via kartu ps) ketemulah, dia merupakan laki-laki berwajah polos, culun dan rupawan yang bernama Park-Heon-Gyu. Dia dibawa ke kantor polisi dan diintrogasi. Pembunuhan selalu terjadi ketika cuaca mulai hujan dan radio memutarkan lagu “sad letter”. Itu yang ditanyakan oleh detektif Seo. “apa kau tau lirik akhir dari lagu tersebut?” Park-Heon-Gyu menjawab “tidak tau”. Itu meruncingkan kalo dia memang pembunuhnya. Namun hanya berbekal itu saja penangkapan tidak bisa dilakukan, karena tidak ada bukti. Tim forensik menemukan air mani di vagina korban, ini akan menjadi bukti yang kuat untuk penangkapan jika terbukti itu air mani dari Park-Heon. Namun keterbatasan teknologi di korea tidak mendukung hal itu, pengecekan harus dilakukan di Amerika sehingga kepolisian harus menunggu proses pengecekan tersebut. Sambil menunggu proses pengecekan tersebut, detektif Seo mengawasi gerak-gerik si Park-Heon. Sayangnya pada satu momen dia lengah dan pembunuhan terjadi lagi. Detektif Seo emosi dan langsung ngehajar si Park-Heon. Dia dah gak peduli sama bukti-bukti udah muak sama pembunuhan berantai ini. Kemudian detektif Park datang dengan membawa hasil pengecekan dari Amerika dan mencegah si detektif Seo berbuat ceroboh diwaktu yang bersamaan. And you know what? ternyata tidak terbukti dong! lalu si detektif Seo makin emosi dan mencoba menembak Park-Heon dengan pistol namun dihadang oleh detektif Park. Lalu si Park-Heon pun pergi dan bebas.

Di Tahun 2003 Detektif Park berjalan ke lokasi korban pembunuhan pertama yaitu dibawah gorong-gorong, dia memeriksanya dan tidak ada mayat. Lalu ada seorang anak kecil lewat yang bilang kalo sebelumnya juga ada seorang lelaki yang ngorek-ngorek gorong-gorong lalu si anak itu nanya

“lagi ngapain?”

lelaki itu menjawab “lagi beresin sesuatu dikolong sini”

Terus detektif Park nanya “Seperti apa wajahnya?”

anak itu menjawab “wajahnya polos dan rupawan”

Artinya pembunuhan berantai masih berlangsung sampe ketika itu tahun 2003. Detektif itu langsung melamun sambil berkaca-kaca. Raut wajahnya seolah-olah berkata “kalo aja waktu itu gue bunuh tu orang, pembunuhan ini gak akan berlangsung sampe sekarang. Bangsat dah!”. Jadi sebenarnya Park-Heon memang pembunuhnya, karena gak cukup bukti, dia masih berkeliaran sampai tahun itu.

ini cerita singkat dicampur dengan analisa gue. Selebihnya kalo pengen yang full, tonton aja filmnya.

Leave a comment